Ketika Anak Mulai Bertanya tentang Tuhan: Jawaban Jujur dari Ayah dan Ibu

Ketika Anak Mulai Bertanya tentang Tuhan: Jawaban Jujur dari Ayah dan Ibu

 

Arab Family Images – Browse 90,631 Stock Photos, Vectors, and Video | Adobe  Stock

Sumber: stock.adobe.com

“Bu, Allah itu di mana?”
“Ayah, kenapa kita nggak bisa lihat Allah?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering muncul dari bibir kecil anak-anak. Tuhan adalah konsep besar yang belum bisa disentuh dengan logika sederhana . Namun, di situlah keindahannya—anak-anak mencari kebenaran dan orang tua mereka adalah pemandu pertama mereka.

Pertanyaan Anak, Tanda Awal Tumbuhnya Iman

Jangan menganggap pertanyaan anak sebagai tanda ketidakpercayaan. Justru, ini benar-benar fitrah mereka yang sedang berkembang.

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Artinya: “Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)

Menjawab dengan Cinta dan Dalil

  1. “Allah Tidak Terlihat, Tapi Ada di Mana-Mana”

Gunakan bahasa sederhana:

“Allah memang tidak dapat dilihat, tetapi ciptaan-Nya dapat kita lihat: pohon, langit, udara, dan kamu sendiri.”

Dalil yang bisa disampaikan:

لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ

Artinya: “Dia tidak dapat dijangkau oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat menjangkau segala penglihatan itu. Dialah Yang Mahahalus lagi Mahateliti.” (QS. Al-An’am: 103)

  1. Tegaskan Bahwa Allah Maha Dekat

“Kamu tidak bisa melihat Allah, tapi Dia selalu dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat nadi kita.”

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗۖ وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf: 16)

  1. Contoh Nabi Ibrahim dalam Mencari Tuhan

Kisah Nabi Ibrahim tentang mempertanyakan Tuhannya dapat digunakan sebagai sarana cerita:

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًاۗ قَالَ هٰذَا رَبِّيْۚ فَلَمَّآ اَفَلَ قَالَ لَآ اُحِبُّ الْاٰفِلِيْنَ

Artinya: “Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS. Al-An’am: 76)

Kisah ini menunjukkan bahwa mencari dan bertanya tentang Tuhan bukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan; sebaliknya, itu bisa membantunya memperkuat iman.

Peran Ayah dan Ibu: Iman yang Ditumbuhkan, Bukan Dipaksakan

Tugas orang tua adalah menanamkan iman melalui cinta dan keteladanan, bukan menegakkan dogma. Tempatkan anak untuk bertanya dan merasa aman untuk menemukan jawabannya.

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ…

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan

Ketika anak bertanya tentang Tuhan, itu bukan ujian untuk kita memberikan jawaban yang sempurna; itu adalah kesempatan untuk menumbuhkan iman mereka sejak dini dengan kasih, kejujuran, dan hikmah dari wahyu.

Jangan khawatir jika Anda belum mendapatkan jawaban yang tepat. Yang penting adalah bahwa cinta ada dalam setiap penjelasan, dan Allah membimbing mereka dalam setiap langkah kita.

Penulis: Silmi Fitriani