Banyak orang tua merasa tertekan untuk menjadi “sempurna” bagi anak-anak mereka karena standar media sosial yang tidak realistis dan berbagai gempuran tuntutan hidup. Merasa harus selalu tenang, selalu tahu jawabannya, tidak pernah salah, dan siap untuk segalanya. Padahal d i sisi lain, anak-anak tidak benar-benar membutuhkan kesempurnaan. Mereka hanya membutuhkan orang tua yang hadir secara fisik, emosional, dan spiritual.
Kesempurnaan Bukan Kunci
Anak tidak menilai orang tuanya berdasarkan sebesar apa rumah mereka, seberapa mahal mainan mereka, atau seberapa sibuk mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Yang mereka butuhkan adalah pandangan mata saat berbicara, pelukan hangat saat mereka sedih, dan perhatian utuh walaupun hanya selama lima belas menit sebelum tidur.
Orang tua sering kehilangan momen-momen kecil yang penting bagi anak karena terlalu fokus pada kata “sempurna”. Orang tua sering kali tidak benar-benar hadir ketika mereka lelah menjadi sempurna—jiwa mereka berada di tempat lain, tetapi tubuh mereka ada di samping anak.
Hadir Sepenuhnya Itu Seperti Apa?
Hadir sepenuhnya berarti memberikan ruang dan waktu untuk benar-benar melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dialami anak. Bukan jumlah waktu yang diperlukan, tetapi kualitas.
- Saat anak berbicara, dengarkan mereka tanpa memotong atau memberi solusi segera.
- Jika anak marah, jangan ragu untuk menunjukkan empati sebelum memberikan nasihat.
- Saat anak gagal, tetap dampingi dengan tenang dan jangan tuntut mereka.
- Saat sedang bersama, simpan ponsel dan fokus untuk mereka.
Anak tidak mengharapkan jawaban untuk semua persoalan mereka. Mereka membutuhkan sosok yang dapat menjadi jangkar emosi mereka, memberikan tempat yang aman untuk tinggal, dan tidak takut dikritik atau dibandingkan dengan orang lain.
Dalil Pendukung
Allah Swt. berfirman dalam Surah At-Tahrim ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Ayat ini menjadi pengingat bahwa orang tua memiliki tanggung jawab tidak hanya soal materi, tetapi juga soal kehadiran, pembinaan, dan penjagaan ruhani dalam keluarga. Memelihara keluarga tidak hanya memberi makan, tetapi juga menjadi orang yang mendampingi dan membimbing secara utuh.
Menjadi Manusia, Bukan Superhero
Selain itu, menjadi orang tua yang hadir sepenuhnya berarti menerima bahwa kita bisa lelah, marah, dan salah. Dengan mengakui kekurangan dan memperbaikinya, kita mengajarkan anak-anak bahwa setiap orang memang tidak sempurna, tetapi memiliki kemampuan untuk belajar, berubah, dan tumbuh bersama.
Kita tidak perlu menjadi superhero yang tidak pernah jatuh; sebaliknya, kita harus menjadi orang biasa yang dimana ketika mereka jatuh, tetap memilih untuk bangkit dan tetap ada untuk anak-anaknya. Dengan keterbukaan ini, anak akan menjadi orang yang berani merasakan, menerima, dan mengendalikan emosinya.
Penutup
Anak tidak membutuhkan orang tua yang sempurna. Mereka hanya membutuhkan orang tua yang benar-benar hadir—orang tua yang melihat mereka dengan hati dan mata, yang membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri, dan yang mencintai tanpa syarat. Anak menemukan rasa aman, harga diri, dan cinta dalam kehadiran yang utuh.
Penulis: Silmi Fitriani