Sumber: istockphoto.com
Ikhlas adalah kata yang sering terdengar dalam ceramah dan doa, tetapi kadang-kadang sulit untuk dipraktikkan. Konsep ini mungkin terdengar abstrak, terutama bagi anak-anak. Namun, anak-anak harus dikenalkan dengan nilai ini sejak dini, melalui pengalaman langsung dan bahasa yang mereka pahami daripada ceramah panjang.
Apa itu Ikhlas?
Secara sederhana, ikhlas berarti melakukan sesuatu hanya karena Allah, bukan karena ingin dipuji, disanjung, atau mendapatkan keuntungan duniawi.
Dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5, Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama…”
Cara Mengajarkan Ikhlas Lewat Peristiwa Sehari-hari
- Memberi Tanpa Menunggu Ucapan Terima Kasih
Ketika anak membantu teman atau memberikan sesuatu, kita bisa berkata, “Kalau kamu nggak dibalas “makasih” juga nggak apa-apa ya, karena Allah pasti lihat dan senang.
- Merapikan Mainan Meski Tak Ada yang Menyuruh
Saat anak merapikan mainannya sendiri tanpa dibantu, beri pujian seperti, “Masya Allah, kamu tahu ya Allah suka anak yang bersih dan bertanggung jawab.” Bukan hanya karena takut dimarahi.
- Menahan Marah atau Membalas Saat Disakiti
Ajari mereka bahwa memaafkan dan sabar juga merupakan bagian dari ikhlas. Cobalah kisahkan tentang bagaimana Nabi Yusuf memaafkan saudara-saudaranya meskipun mereka pernah menyakitinya.
- Berbagi Makanan atau Barang Favorit
Kita bisa mengatakan kepada anak yang ingin berbagi makanan kesukaannya atau mainan kesayangannya, “Allah sayang sama anak yang mau berbagi, apalagi kalau kamu ikhlas walaupun sebenarnya sayang banget.”
- Tidak Menceritakan Semua Kebaikan yang Pernah Dilakukan
Saat anak sudah membantu orang lain, doronglah anak untuk tetap diam. “Kadang kebaikan justru lebih indah kalau cuma kita dan Allah yang tahu,” katakan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini dapat dijadikan pengenalan untuk anak-anak memahami bahwa yang dilihat Allah bukan hanya tindakan kita, tetapi juga maksud di baliknya.
Penutup
Ikhlas bukan pelajaran langsung. Namun, nilai ikhlas akan tumbuh secara bertahap, dalam, dan kuat jika orang tua memberi contoh yang baik, mengaitkan kehidupan sehari-hari dengan makna ibadah, dan membiasakan anak untuk berbicara dengan hatinya.
Karena anak-anak yang dibesarkan dengan hati yang tulus akan menjalani hidup yang ringan, tulus, dan tenang; itulah bekal paling berharga untuk menghadapi dunia.
Penulis: Silmi Fitriani