Cara Menghitung Hari ke 7 Untuk Aqiqah Anak Yang Benar

Cara Menghitung Hari ke 7 Untuk Aqiqah Anak Yang Benar

Cara Menghitung Hari Ketujuh Untuk Menyembelih Aqiqah

Cara menghitung hari ke 7 untuk aqiqah,

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Aqiqah adalah ibadah sunnah yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas lahirnya kelahiran anak kepada kita.

Dilaksanakan dengan menyembelih hewan aqiqah (kambing) dan memberi nama anak kemudian membagikan daging hasil sembelihan kepada anak yatim, dhuafa maupun warga sekitar yang membutuhkan.

Baca Juga: Hukum Aqiqah

Para ulama sepakat bahwa yang disunnahkan dalam menyembelih hewan aqiqah adalah pada hari ketujuh, yaitu ketika seorang bayi telah berusia tujuh hari. Lalu, bagaimana cara menghitung hari ketujuh tersebut ? berikut dibawah ini penjelasannya.

Apakah Aqiqah Harus Dilaksanakan Pada Hari ke 7

Mayoritas hadis dan para ulama sepakat bahwa aqiqah lebih afdol dilaksanakan pada hari ketujuh, namun dengan catatan “Jika Mampu Melaksanakannya“.

Dan Jika mampu melaksanakannya pada hari ketujuh maka laksanakanlah, namun jika masih belum mampu melaksanakannya maka jangan memaksakan. Aqiqah bisa dilaksanakan pada hari ke 14 dan ke 21.

Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka.

Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]

Apakah hari kelahiran masuk dalam hari ketujuh?

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Disunnahkan menyembelih aqiqah pada hari ketujuh dari kelahiran.” Apa hari kelahiran masuk dalam hitungan ketujuh?

1. Berdasarkan Cara Al-Malikiyah

Al-Imam Malik menghitung hari pertama kelahiran bayi adalah keesokan harinya atau sehari setelah hari kelahiran. Misalnya, seorang bayi dilahirkan pada hari Selasa.

Maka hitungan hari pertama adalah Rabu, hari kedua Kamis, hari ketiga Jumat, hari keempat Sabtu, hari kelima Ahad, hari keenam Senin dan hari ketujuh adalah hari Selasa. 

Maka waktu untuk menyembelih hewan aqiqah adalah hari Selasa, yaitu hari yang sama dengan hari kelahiran bayi, seminggu kemudian.

Tetapi ada sedikit catatan, yaitu bila bayi lahir lewat tengah malam sebelum terbit fajar, maka hari kelahirannya itu sudah mulai dihitung sebagai hari pertama.

Misalnya bayi lahir hari Selasa dini hari jam 02.00. Maka hari Selasa itu sudah dianggap hari pertama, sehingga hitungan hari ketujuh akan jatuh di hari Senin dan bukan hari Selasa.

2. Cara Menghitung Hari ke 7 Untuk Aqiqah Berdasarkan Cara Ibnu Hazm

Sedangkan Ibnu Hazm berpendapat bahwa cara menghitungnya adalah dengan menjadikan hari kelahiran sebagai hari pertama.

Sehingga bila ada bayi lahir di hari Selasa, maka hari pertama adalah Selasa, hari kedua Rabu, hari ketiga Kamis, hari keempat Jumat, hari kelima Sabtu, hari keenam Ahad, dan hari ketujuh adalah Senin.

Maka hewan aqiqah disembelih pada hari Senin dan bukan hari Selasa.

Untuk mempermudah dalam memahaminya, mari lihat tabel dibawah ini:

HARIMalikiyahIbnu Hazm
SelasaHari 0 : LAHIRHari 1 : LAHIR
RabuHari 1Hari 2
KamisHari 2Hari 3
JumatHari 3Hari 4
SabtuHari 4Hari 5
AhadHari 5Hari 6
SeninHari 6Hari 7 : AQIQAH
SelasaHari 7 : AQIQAH

Baca Juga: Aqiqah Al Hilal , Penyedia Jasa Kambing Aqiqah Berkualitas Terbaik di Bandung

Ada dua pendapat sebagaimana disebutkan oleh Al-Malikiyah dan Ibnu Hazm, yaitu:

  • Pendapat pertama, hari kelahiran tidak masuk dalam hitungan
  • Pendapat kedua, hari kelahiran masuk dalam hitungan

Dan Pendapat yang paling shahih adalah hari kelahiran masuk dalam hitungan, sehingga hitungan hari penyembelihan aqiqah adalah enam hari setelah kelahiran.

Pendapat yang dipilih dalam madzhab Syafi’i adalah pendapat kedua, itulah yang dimaksudkan dengan tekstual hadits.

Sayangnya tidak ada dalil yang qath’i dari Al-Quran dan As-Sunnah tentang contoh penghitungannya. Sehingga terjadi peluang perbedaan pendapat dalam cara penghitungannya.

Yang penting dicatat bahwa inti dari ibadah aqiqah ini bukan pada kapan resepsi acaranya, melainkan pada penyembelihannya.

Resepsi dan pesta terserah mau dilakukan kapan saja, yang penting penyembelihannya itu sendiri. Karena inti dari ritual aqiqah sebenarnya adalah menyembelih hewan dan bukan pesta.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ada yang dapat kami bantu?